Jumat, 13 Agustus 2010

SIAPAPUN BISA

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Ketika segala apa yang tersirat menjadi do'a, serta ketika segala apa yang terucap  menjadi harap ...
Maka, ucap syukur akan menjadi satu bekal menuju sempurnanya nikmat.

Menemukan wajah-wajah yang hampir sama di tiap pagi, menyemai riak-riak rona diantara mereka, kini menjadi satu kebiasaan baru bagiku. Ketika sebuah bis yang melaju menuju pusat kota ini menjadi saksi atas kehadiran azzam dan niat yang ada dalam setiap diri kami.

Aku berada, menjadi satu diantara sekian banyak orang itu. Ketika pandang ini mulai membuka lelap, maka tak habis pikir, suatu hal yang menjadikan begitu wajar mendapati mata-mata terlelap, bukan hanya ditemui dari mereka yang duduk nyaman di kursi, tapi pula hal itu aku temui dari orang-orang yang hanya dengan sesongsong lengannya mengait di sebuah tiang memanjang bagian bus itu.

Menemukan pemandangan seperti ini memang akan menjadi sebuah hal yang seakan terbiasa untuk kita, dan tentunya hal ini akan bisa anda temui dari jika anda berada diantara para pekerja yang berasal dari pinggiran kota menuju pusat metropolitan di tiap pagi hari. Mungkin sejak pagi buta, ataukah usai shubuh mereka telah berdiri menunggu hadirnya bis yang akan membawa dirinya menuju satu sisi hidup yang baru, demi mengejar harap dan menyempurnakan ikhtiar dalam menjalani hidup ini.

Aku melemparkan senyum ketika bapak tua itu mempersilakan diriku untuk menuju ke bagian dalam bis. Kulitnya sudah mulai keriput, meski masih terlihat jelas sisa-sisa kegagahan tubuhnya di sosok tubuh itu. Matanya mulai agak menohok kedalam, glambir kulit dibawah kelopak matanya jelas terlihat menghias bagai renda yang terurai di ujung kain pesta.

Bis tiba-tiba berhenti, ketika kami terjebak dalam barisan panjang antrian kemacetan di pagi ini. Semua diam. Yang ada hanyalah tarikan nafas-nafas panjang yang seakan tak rela menyembur diantara hembusan sesak disaat itu. 

Gerutuan kecil mulai terdengar ketika setengah jam berlalu, bis belum juga bisa menembus diantara sesaknya suasana jalanan tol ibu kota. 

Matahari saat itu semakin menampakkan cahayanya. Hawa panas segera menyergap diri-diri ini, mengalahkan air conditioner yang tak lagi berjaya menghembuskan dinginnya suasana seperti beberapa saat sebelumnya.

Aku masih terpaku, ketika tiba-tiba bapak tua yang ada didepanku berteriak lantang menyuruh pak sopir untuk segera menuju ke arah kiri badan jalan. sesaat kemudian Sejenak pak sopir mendongakkan wajahnya. Mungkin ia heran dibuatnya. Bukan beliau bapak tua itu seharusnya yang memberikan aba-aba, kernet yang seharusnya berada diposisi itu membimbing arah jalan di sebelah kiri yang tak sepenuhnya jelas terlihat oleh sang sopir. Tapi ternyata memang sang kernet tak bisa bertindak banyak disaat penuh sesak seperti itu. Hingga posisi yang lebih memungkinkan untuk membimbing sang sopir justru ada di pak tua itu.

Aku tertegun dibuatnya ...






Subhanalloh, satu pengingat bagiku, ternyata untuk menunjukkan sebuah kebaikan kepada orang lain, tidak mesti menjadi seorang yang bertitel alim seperti halnya seorang ustadz misalnya. Siapapun bisa bebuat itu, seperti halnya bapak tua tadi yang padahal sebetulnya tak ada sedikitpun tugas bagi dirinya melakukan itu, tapi ternyata ia bisa. 


Juga tentunya inipun pengingat bagi kita pula, ketika berada di posisi sang sopir, ternyata tak melulu mesti hanya memercayai titah hanya dari satu orang saja yang kita anggap lebih dalam hal keilmuannya dari kita, untuk kita laksanakan perintahnya. Namun, siapapun dia, jika memang apa yang disampaikannya memang bisa menunjukkan jalan kita menuju arah yang lebih baik, ternyata bisa.

Bukankah betul kiranya :





Undzur ma qola, wa laa tandzur man qola.

"Lihatlah apa yang dibicarakan, jangan melihat siapa yang bicara,"

Perlahan bis mulai berjalan kembali, meski masih terseok dipinggiran bahu jalan, namun kini sedikit demi sedikit mulai menapaki laju kembali meninggalkan ramainya kemacetan di satu sisi ibu kota.

Satu perintah, satu pula pengingat bagi diriku yang mungkin semakin hari kadang lupa  ini semakin menyelimuti diri. Perintah untuk tetap bisa menjadi bagian penunjuk kebaikan dan juga untuk tidak malu ketika menerima petunjuk kebaikan dari orang lain.






Alhamdulillaahirobbil'alamiin ...

Minggu, 08 Agustus 2010


 KETIKA KHUTBAH SYEIKH ITU MEMBANGKITKAN UKHUWAH ISLAMIYHAH


Terdengar sayup-sayup adzan mengumandang di seantero mesir, aku yang baru saja mandi, siap-siap untuk melaksanakan shalat di masjid, hari ini adalah hari yang istimewa bagi kaum Muslimin dan Muslimat, bagaimana tidak, hari ini adalah sayyidul ayyam, hari ini adalah hari libur bagi kebanyakan umat Islam, termasuk aku, kuliah di al-Azhar hari jum’at lah hari libur, akhirnya hari jum’at adalah hari yang istimewa sekali bagiku, selain aku bisa bersantai-santai, dan bisa menikmati asyiknya shalat jum’at bersama-sama.


“Halah, udah adzan, mana baru mandi lagi, sedangkan di masjid khutbah akan di mulai”, akhirnya akupun cepat-cepat memakai pakaian shalat yang khusus ku gunakan ketika shalat jum’at, pakaian jalabiyah begitulah orang Mesir menamakan pakaian yang ku kenakan ketika hari jum’at, ketika aku baru pertama kali mendengar namanya, memang sih namanya mirip makanan yang terkanal di Indonesia, kue jalabiyah, kue rakyat yang enak rasanya. Aku juga suka makan kue itu, udah murah terasa lagi nikmatnya. Jalabiyah ini mirip pakaian gamis yang suka dikenakan oleh kiyai-kiyai ataupun para pentolan FPI (Front Pembela Islam). Jalabiyah yang ku kenakan berwarna putih, maklum sekarang kan hari jum’at dan hendak melaksanakan shalat jum’at maka di sunnahkan untuk memakai warna putih-putih dan minyak wangi, jadinya aku memakai warna putih, walaupun aku memiliki jalabiyah berwarna hijau, warna favoritku.


Setelah siap aku langsung pergi ke masjid, yang lokasinya tidak jauh dengan rumahku. “Alhamdulillah” ucapku seketika, ketika masih ada tempat yang kosong, walaupun dibagian belakang, tetapi sudah pasti aku menyesal karena aku terlambat shalat jum’at, yang seharusnya aku datang jam sebelas siang, tetapi aku harus berlapang dada karena hari jum’at adalah hari mencuci pakaian yang banyak sekali, selain itu mandi pun harus mengantri sama teman-teman, maklum kamar mandinya hanya satu, sedangkan aku bersama teman-teman berjumlah tujuh orang, jadi saling menunggu deh, apalagi ada yang mandinya lama, ya jadinya harus bersabar deh.


Sebelum mendengarkan khutbah yang sedang berlangsung, aku harus menjalankan shalat tahiyatul masjid (Shalat sunnah yang dikerjakan ketika kita memasuki masjid), aku menjalankan shalat dengan cepat karena memang shalat sunnah masjid ini ketika dilakukan pada waktu khutbah jum’at harus di takhfif artinya di ringankan, jangan lambat shalatnya, karena jika lambat maka kita akan mengganggu jama’ah lain yang sedang khusu’ mendengarkan khutbah.


Setelah shalat sunnah masjid, aku menedengar khutbah dari sang khatib, aku nampak khusu’ sekali mendengarkan khutbah, bagaimana tidak, sangkhatib, berkhutbah dengan semangat sekali, dengan menggunakan bahasa arab yang fushah, lantang dan juga tak lepas dari senyuman yang menghiasi wajahnya. Beliau adalah syeikh baru di masjid di dekat rumahku ini, namanya Muhammad Ali, aku akui, aku belum mengenalnya, tetapi aku cukup salut dengannya, karena beliau punya ilmu yang begitu luas, dan disertai dengan penyampaian yang begitu mengagumkan, aku pun sampai terbawa dengan khutbahnya yang menarik itu. Ar Rahman adalah namanya, masjid yang dekat dengan rumahnya ku itu dulunya ada syeikh Umar, beliau baik sekali, tetapi sayang ketika berkhutbah kurang menggunakan senyuman, jadinya jika beliau berkhutbah, kadang aku mengantuk, mungkin karena khutbah beliau terlalu lama, sampai empat puluh lima menit lebih.


Khutbah yang sedang ku dengarkan itu berisi tentang ukhuwah islamiyah, beliau menggambarkan ukhuwah islamiyah itu bagaikan tubuh manusia, ada kepala, ada tangan, ada kaki, dan ada badan. Jadi ketika tangan kita sakit, maka semua tubuh kita akan terasa sakit, ketika kaki kita sakit maka seluruh tubuh kita pun akan sakit pula, maka ketika saat itulah kita akan berusaha mengobatinya dengan berbagai cara, begitu pun dengan ulhuwah islamiyah, ketika palestina di sakiti, maka seluruh umat islam seharusnya sakit pula, karena mereka adalah saudara kita, sesama Muslim. Ketika Rasulillah dihina maka seluruh umat Islam tersakiti, itulah seharusnya yang kita lakukan, mengobatinya dengan berbagai cara, dengan jalur diplomatis ataupun berperang jika itu diperlukan. Begitulah syeikh menjelaskan panjang lebar.


Aku menyadari kapasitasku bukan untuk internasional, yang sudah mengusung konsep perdamaian antara umat beragama, karena aku tidak mempunyai kedudukan apa-apa, tetapi aku menyadari hubungan sesama temanku saja masih acak-acakan, lebih banyak menyakiti dari pada membuat ia bahagia, lebih banyak dikasih dari pada memberi, lebih sombong dari pada perhatian, nah inilah yang harus aku ubah setelah mendengar paparan penjelasan dari khatib tadi.


Mari kita sama-sama untuk merubah diri kita dalam berhubungan hablu minannas (hubungan sesama manusia), merubah dalam artian membuang perkara-perkara yang buruk, dan mempertahankan perkara-perkara yang baik, bahkan bisa kita tingkatkan lagi, demi tercapai hubungan yang harmonis antara umat Islam dikalangan sekitar kita, jadi pikirkanlah saudara yang terdekat kita dulu, setelah itu memikirkan saudara kita yang nan jauh di sana. Hati ini hanya mengatakan “Syukron awi ya syaikhina al-kirom”(Terima kasih banyak wahai syeikh kami yang mulia). Wallahu ‘alam
 KIAT KIAT UNTUK MEMBANGKITKAN SEMANGAT BERBADAH

Mungkin beberapa saran berikut dapat membantu semangat Anda dalam beribadah : 



1. Menjaga panca indera dari godaan buruk
Hal yang perlu dilakukan jika ingin semangat dalam beribadah adalah menjaga panca indera dari pengaruh yang buruk. Menjaga mata dari melihat hal-hal yang dilarang Allah SWT, menjaga telinga dari mendengar kata-kata yang buruk, menjaga mulut dari berkata dusta dan keji, serta menjaga anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang dilarang Allah SWT. Khusus untuk mata, inilah pintu masuk yang paling mudah merusak hati. Pepatah mengatakan, “Dari mata turun ke hati”. Itulah sebabnya Allah menurunkan ayat khusus agar kita menjaga pandangan kita (hanya memandang yang baik dan halal saja). “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (QS. 24 : 30).
 

2. Menjauhi lingkungan yang buruk
Untuk semangat dalam beribadah, maka jangan bergaul dengan teman-teman yang tidak mengajak kita ke arah kebaikan. Yang lalai dari mengingatkan kita tentang Allah dan ajaran-Nya (Islam). Sebagian anak-anak muda ada yang tidak begitu sensitif dengan akhlak teman sepergaulannya. Yang dilihat dari temannya hanyalah populeritas, kekayaan atau kecantikan temannya. Hal ini adalah salah dan menjerumuskan kita. Nabi saw pernah mengingatkan kita, barangsiapa bergaul dengan tukang api, maka kita akan terkena percikannya. Sebaliknya, barang siapa bergaul dengan pedagang minyak wangi, maka kita akan terkena harumnya. Pepatah lain mengatakan, “Jika kita ingin melihat kemuliaan seseorang, lihatlah siapa teman-temannya”.
 

3. Membaca buku-buku Islam
Cara lain untuk meningkatkan semangat ibadah adalah banyak membaca buku-buku Islam, terutama buku Islam tentang tazkiyatun nafs (kebersihan hati) seperti buku-buku sufi, sejarah hidup Nabi Muhammad saw, cerita-cerita penuh hikmah, dan lain-lain. Bacalah buku Islam secara rutin dan terjadwal. Jangan pernah abai untuk membaca buku-buku Islam secara rutin. Kalau perlu, kita mempunyai perpustakaan pribadi yang membuat kita lebih mudah membaca buku-buku Islam sesuai dengan keperluan.
 

4. Mengikuti pengajian
Hal penting lainnya dalam menjaga semangat ibadah adalah menghadiri pengajian secara rutin. Pengajian disini maksudnya adalah belajar agama (aqidah, akhlaq, ibadah, fiqih, dan lain-lain), bukan sekedar belajar membaca Al Qur’an. Sebaiknya setiap muslim memiliki pengajian tetap yang dikunjungi secara rutin. Salah satu perbedaan umat dahulu dan kini adalah umat Islam terdahulu (salaf) mempunyai kebiasaan ngaji. Bahkan mereka merasa aib jika absen dari pengajian. Sebaliknya umat Islam sekarang tidak lagi suka dengan pengajian. Ikut pengajian tidak lagi menjadi agenda prioritas dalam jadwal waktu mereka. Kalau ada waktu kosong baru mereka ngaji. Bukan sebaliknya, berani mengorbankan acara lain demi mengikuti pengajian secara rutin. Faedah ikut pengajian sangat banyak. Diantaranya seperti yang disabdakan Nabi Muhammad saw, “Tidak ada suatu kaum yang menghadiri majelis zikir (pengajian) kecuali malaikat akan mengelilinginya (selama berada di dalam mejelis), dilingkupi oleh rahmat-Nya, diturunkan ketenangan (ke dalam hatinya), dan disebut-sebut namanya oleh Allah SWT di hadapan makhluk-makhluk langit”..
 

5. Menambah ibadah sunnah.
Jika semangat ibadah ingin lebih mantap lagi, sebaiknya kita juga melakukan ibadah sunnah yang merupakan ibadah tambahan (nafilah) dalam Islam. Ibadah sunnah itu banyak, antara lain : membaca Al Qur’an, sholat dhuha, sholat tahajjud, infaq, shaum sunnah, bersedekah, dan lain sebagainya. Lakukankanlah dengan rutin walau sedikit daripada sekaligus tetapi jarang. “Amal yang disukai Allah adalah amal yang rutin walau sedikit” (HR. Muslim). Untuk menjaga rutinitas obadah sunnah sebaiknya Anda membuat catatan tentang ibadah yang sudah dan belum dilakukan dalam setiap hari. Insya Allah dengan rutinitas ibadah sunnah, iman kita akan selalu prima.
MEMBANGKITKAN SEMANGAT DALAM HIDUP KITA


Assalamualaikum...
wahai para pembela agama islam yang mesara kurang besemangat dalam hidupnya ini ada cara untuk selalu semangat dalam hidup dan tidak mudah putus asa karena olok-olokan orang lain sebenarnya banyak. yaitu :

1. Jangan pernah memasukkan kata-kata negatif dari orang lain ke dalam hati Anda. Yang membuat kita sakit hati atau tidak sebenarnya diri kita sendiri. Jika kita menganggap perkataan yang menyakitkan dari orang lain sebagai perbedaan persepsi saja dalam melihat sesuatu tentu kita tidak akan mudah sakit hati. Hibur saja diri sendiri bahwa orang tersebut belum mengenal diri Anda secara utuh. Yakini bahwa Anda lebih tahu tentang diri Anda daripada orang lain.

2. Yakini bahwa Allah SWT ingin agar kita berprestasi dahsyat dalam hidup ini. Allah tidak ingin hamba-Nya tampil “biasa-biasa saja” dalam hidup ini. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tin : 4). Manusia adalah makhluk yang spesial dan sudah dianugerahi Allah potensi dahsyat dalam dirinya. Manusia yang mengeborasi potensinya menjadi prestasi dahsyat adalah manusia yang bersyukur. Sebaliknya, manusia yang ‘mendiamkan’ potensi dahsayatnya adalah manusia yang ingkar (kufur) terhadap nikmat Allah. Maukah Anda disebut sebagai manusia yang kufur (nikmat)? Tentu tidak mau khan? Karena itu mau tidak mau Anda harus melejitkan potensi Anda sebagai tanda bersyukur kepada Allah SWT.

3. Yakini bahwa hidup adalah ujian untuk berprestasi. Allah SWT berfirman, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk : 2). Yang dimaksud ‘yang lebih baik amalnya’ adalah yang paling berprestasi. Oleh karena itu, orang yang tidak berprestasi berarti ia gagal menjalani ujian di dunia ini. Ia gagal menjadi ciptaan Allah yang baik. Ibarat produk pabrik, ia gagal menjadi produk yang baik, sehingga menjadi barang rusak yang tidak layak dijual di pasaran. Begitulah manusia yang puas dan merasa nyaman dengan kondisi dirinya apa adanya. Allah mengecam orang semacam itu dengan kecaman yang keras. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al Araf : 179). Jadi saudaraku, hidup hanya sekali dan dia adalah ujian penentuan untuk hidup selama-lamanya di akhirat. Apakah kita mau menyia-nyiakan hidup ini dengan tidak mau berjuang agar lulus ujian Allah SWT? Sebab bagi mereka yang tidak lulus ujian Allah, maka ia akan merugi selama-lamanya karena menjadi penghuni neraka jahannam. Jadi semestinya kita memahami ayat-ayat tentang amal bukan hanya dalam pengertian menjauhi dosa (maksiat) saja, tapi juga keinginan Allah SWT agar kita berprstasi dahsyat di dunia ini. Inilah yang dipahami oleh para sahabat ra dan para ulama kita terdahulu (salaf), sehingga mereka berprestasi dahsyat di dunia ini.

4. Yakini bahwa Anda sudah terlambat.
Yakini bahwa Anda sudah terlambat. Kalau perlu dramatisir bahwa Anda bukan hanya terlambat dibandingkan dengan teman-teman seangkatan Anda, tapi sudah terlambat dibandingkan dengan orang-orang seangkatan Anda di seluruh kota, bahkan di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Meyakini bahwa kita sudah terlambat mengambil analogi dari sirkut balap mobil. Seorang pembalap yang tertinggal akan lebih sungguh-sungguh dan bersemangat untuk mengejar ketertinggalannya. Begitu pun Anda, jika yakin sudah terlamabta dibandingkan dengan orang lain, pasti kita tidak punya waktu untuk bermalas-malasan dan menunda-nunda rencana kita.

5. Dramatisir dampak buruk yang akan terjadi.
Cara lain untuk membangkitkan semangat bertindak adalah mendramatisir dampak buruk yang akan terjadi. Misalnya, jika Anda tergoda untuk bermain internet dan menelantarkan tugas-tugas kuliah, bayangkan dampak buruknya berupa tertinggal, bahkan DO (drop out) dari kuliah. Jika DO maka sulit cari kerja. Jika sulit cari kerja maka sulit mempunyai uang, sedangkan bapak/ibu Anda mungkin pada saat itu sudah meninggal. Akhirnya, hidup kita terlunta-lunta bahkan jadi pengemis. Bayangkan dampak negatifnya secara kausalitas (hukum sebab dan akibat). Hukum kausalitas adalah hukum alam/Allah yang pasti dan rasional dan mungkin saja terjadi pada diri kita jika kita mengabaikan kesungguhan-sungguhan dalam bekerja.

cara ini saya dapatkan di www.eramuslim.com
Wassalam...

Rabu, 04 Agustus 2010

MAHA PERENCANA

Manusia adalah salah satu mahakarya Allah yang luar biasa. Manusia bukanlah bentuk pengulangan dari ciptaan sebelumnya. Tidak ada manusia yang sama, sekalipun telah mencapai milyaran jumlahnya. Baik dari segi fisik, apalagi struktur kejiwaannya.
Allah menciptakan segala ciptaannya dengan teliti, sehingga tak satupun manusia yang memiliki sidik jari yang sama, bentuk mata yang sama, bahkan bau badan yang sama. Masing-masing individu berbeda. Manusia memang tidak diciptakan secara mass-product, demikian juga binatang, dan segala ciptaan lainnya. Sungguh luar biasa.
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" (QS. Al-Insaan: 1)
Al-Baari adalah nama Allah yang menunjukkan kemampuan menciptakan sesuatu dari tiada sama sekali menjadi ada. Makhluk manusia diciptakan dari tiada menjadi ada. Sebelum diciptakan, manusia belum bisa disebut apa-apa (lam yakun syaian madzkuura). Sebelum berbentuk setetes mani yang dimiliki bapak kita, sebutan apa yang cocok untuk kita? Sebelum bapak ibu kita menikah, apa sebutan kita? Allahu Akbar, hanya Dia yang mengadakan manusia dari tiada menjadi ada.
Lalu, adakah keberadaan kita di muka bumi ini tanpa rencana dan blueprint-Nya Al-Baari? Sungguh mustahil, karyacipta yang mahakompleks itu tercipta tanpa rencana, tanpa design, dan tanpa blueprint. Semuanya telah dituang dalam sebuah blueprint yang tersimpan rapi di sisi-Nya. Semua yang tercipta, termasuk alam semesta, ada, berkembang, dan kemudian menjadi tiada kembali sesuai dengan rencana dan blueprint-Nya.
Jika sekiranya rencana Allah itu digambar dalam lembaran kertas, tak kan terhitung jumlah kertas yang dibutuhkan. Apalagi rencana itu tidak saja bersifat global, tapi hingga detailnya. Bagian demi bagian, elemen per elemen. Mahasuci Allah dari segala bentuk penyerupaan dan dari segala angan-angan.
Al-Baari dengan demikian dapat diartikan sebagai Yang Maha Merencanakan segala sesuatu. Dengan sifat dan Asma-Nya tersebut, Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar senantiasa membuat rencana sebelum mengerjakan sesuatu. Jika Allah Yang Maha Sempurna dan Berkuasa atas segala sesuatu dalam penciptaan mahakarya-Nya saja menggunakan sebuah rencana, bagaimana dengan kita, makhluk dan hamba-Nya yang lemah dan hina? Dalam rangka bertakhalluq (meneladani Sifat dan Asma Allah itu) kitapun hendaknya membuat rencana setiap kali hendak melakukan sesuatu.
Setiap individu harus memiliki rencana, baik yang bersifat jangka panjang, menengah, dan pendek. Bahkan setiap hari hendaknya setiap pribadi menyusun sebuah rencana. Jangan tidur sebelum membuat rencana kegiatan esok hari. Seorang karyawan, jangan pulang dari kantor sebelum menulis catatan tentang rencana kerja esok hari. Seorang guru, jangan meninggalkan sekolah sebelum membuat rencana untuk mengajar esok hari.
Apalagi seorang pemimpin, mereka dituntut untuk menyusun visi dan misi agar organisasi, bisnis, atau sosial yang dipimpinnya dapat berjalan sesuai harapan. Visi yang bagus merupakan hasil perencanaan yang matang dan seksama yang mencerminkan sebuah proses kegiatan yang rapi, sistematis, dan berkelanjutan.
Tolok ukur kepemimpinan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya menyusun rencana. Seorang pemimpin yang gagal menyusun rencana, berarti dia telah menggali lubang kematian bagi diri dan organisasi yang dipimpinnya. Dia akan membiarkan organisasi berjalan apa adanya, tanpa target, tanpa arah, dan tanpa tujuan. Biasanya organisasi seperti ini akan layu sebelum berkembang.
Merencanakan sama artinya dengan membangun sebuah proses untuk sebuah sukses, sebab sukses itu merupakan serangkaian proses panjang yang diusahakan secara terus menerus dan berkelanjutan. Sukses itu bukan seperti durian jatuh dari pohon. Bukan pula sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit, tanpa direncanakan dan diupayakan. Sukses adalah paduan dari rencana dan usaha keras untuk mencapainya.
Ya Allah, anugerahi kami kemampuan untuk mengendalikan diri agar kami dapat membuat rencana yang baik, rapi, sistematis, dan berkelanjutan dalam kehidupan kami di dunia ini menuju ridha-Mu.
Ya Allah, karuniai kami kemampuan mendesign rencana, agar kami terhindar dari sikap tergesa-gesa dan aniaya.
Ya Allah, kabulkan doa kami.

Bagaimana Tanggapan Sahabat Semua Tentang Blog Ini